Peran pendidikan tinggi menjadi semakin penting terutama di era revolusi industri 4.0. Peran yang paling dominan adalah bagaimana memacu pertumbuhan ekonomi (economic growth) yang didasarkan pada sumberdaya yang berkualitas. Faktor utama pendongkrak daya saing adalah ‘skilled labour’ dan ‘innovation’. Keduanya harus mampu dihasilkan perguruan tinggi.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, mengatakan jumlah perguruan tinggi yang besar tidak mencerminkan tingginya daya saing suatu bangsa. Di Indonesia meskipun jumlah perguruan tinggi mencapai 4000 an, namun yang masuk top 500 dunia baru hanya tiga.
“Oleh karena itu masalah mutu menjadi utama, kualitas harus kita dorong,” tegasnya saat memberikan Kuliah Umum di Politeknik Negeri Malang, Selasa (13/3).
Kedepan, untuk menyesuaikan kebutuhan ini Kemenristekdikti akan menerapkan beberapa kebijakan diantaranya membebaskan nomenklatur program studi untuk pengembangan kompetensi industri 4.0, membangun ‘teaching factory’, melaksanakan perkuliahan online dan ‘distance learning’, mengundang Perguruan Tinggi Luar Negeri untuk membuka prodi yang mendukung industri 4.0.
“Dengan E-learning atau pembelajaran jarak jauh, satu dosen bisa memberikan kuliah bagi 1000 mahasiswa,” tutur Menristekdikti.
Selain itu, reorientasi kurikulum untuk membangun kompetensi yang dibutuhkan RI 4.0 juga perlu dilakukan. Kemenristekdikti juga akan memberikan hibah dan bimbingan teknis untuk reorientasi ini bagi 400 perguruan tinggi. Untuk itu, PT diharapkan dapat mempersiapkan reorientasi kurikulum tersebut dan pembelajaran daring dalam bentuk hybrid/blended learning.
Dari sisi sumberdaya, pengembangan kapasitas dosen dan tutor dalam pembelajaran daring juga akan dilakukan. Selain itu akan dikembangkan pula infrastruktur MOCC (Massive Open Online Course), teaching industry dan e-library.
Kemenristekdikti juga akan memfasilitasi kemudahan konektivitas melalui Indonesian Research and Education Network (IdREN) untuk ‘online learning system’. Penguatan riset, pengembangan dan inovasi juga semakin ditingkatkan guna mendukung berbagai kebijakan tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Menristekdikti juga turut meresmikan beberapa fasilitas perkuliahan yang baru selesai dibangun diantaranya Gedung Graha Polinema dan Gedung Kuliah Terbuka Polinema. Adanya gedung baru tersebut juga merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam mendukung pendidikan vokasi melalui peningkatan sarana prasarana perkuliahan yang memadai. Dengan adanya gedung tersebut diharapkan mampu menyelesaikan keterbatasan kelas, laboratorium, bengkel, dan fasilitas yang dibutuhkan lainnya.
Usai memberikan kuliah umum di Polinema, Menristekdikti melakukan peninjauan ke Rumah Sakit Universitas Brawijaya (UB) sekaligus penandatanganan prasasti pada peresmian 8 gedung baru Universitas Brawijaya. Dalam acara ini, turut hadir Rektor Universitas Brawijaya (UB) Mohammad Bisri, Direktur Jenderal Sumberdaya Iptek Dikti Ali Ghufron Mukti, Staf Ahli Menristekdikti Bidang Infrastruktur Hari Purwanto, Direktur Politeknik Negeri Malang, Awan Setiawan dan Anggota Komisi X DPR RI, Lathifah Shohib
Sumber: https://ristekdikti.go.id/perguruan-tinggi-siapkan-amunisi-hadapi-revolusi-industri-4-0-2/#duYHdqr0UEoBxK0D.99