"Jika aku tidak bisa menarikan iramanya, itu bukan revolusiku,” ujar Emma Goldman. Untuk itu, anak-anak revolusi pernah menghimpun nyali dan massa, melawan dan diburu- buru penguasa diktator, jatuh cinta, bersama-sama memecahkan misteri Indonesia melalui pola dan angka, atau belajar dari pemimpin-pemimpin dunia demi revolusi yang mereka yakini. Ini adalah kisah nyata mereka, sebagaimana yang telah dialami dan disaksikan oleh Budiman Sudjatmiko.
***
Andai ilmiah itu agung, tentu kitab-kitab suci tak tertulis berupa dongeng. Budiman Sudjatmiko mengaku tak punya imajinasi agung seorang pendongeng. Namun membaca kar- yanya, saya seperti digugah oleh daya dongeng. Ke tanah harapan itu saya seperti tak akan jauh lagi bersama “rangkaian panjang kereta yang melaju dengan kecepatan penuh". Anak- anak Revolusi adalah musik romantis Simon & Garfunkel yang bersuara dalam rupa buku.– Sujiwo Tejo (Presiden #Jancukers)
Naskah ini ditulis oleh seorang muda berbakat dalam bentuk memoar dengan visi politiknya sendiri. Patut dibaca oleh kalangan luas dalam proses saling memberi dan menerima. Memperkaya wawasan ke-Indonesia-an kita.– Ahmad Sya fii Maarif (Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah)
“Perjuangan melawan kekuasaan adalah perjuangan melawan lupa,” kata penyair Cekoslowakia, Milan Kundera. Ketika deretan kejahatan kemanusiaan dan kekerasan oleh negara terhapus dari memori kolektif publik, tak aneh bila mereka yang tangannya berlumuran darah bisa berganti peran menjadi pahlawan. Buku ini mengajak kita melawan lupa, sekaligus mengonfirmasi kabar yang saya dengar bahwa sebagai aktivis, penulis buku ini adalah seorang yang romantis.– Najwa Shihab (Host Program “Mata Najwa”)
Politik adalah bibit sejarah. Ia tumbuh karena tindakan. Politik, sejarah, tindakan. Itulah isi buku ini. Selamat, Bud!– Rocky Gerung (Dosen Filsafat Universitas Indonesia)
Detail Buku:
Judul: Anak-anak Revulusi Buku 2
Penulis: Budiman Sudjatmiko
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2014
ISBN: 978-602-03-0277-5
Page: 320
Besar file: 3,58Mb