Objek wisata Puncak Pato sangat potensian untuk dikembangkan menjadi objek wisata, selain sudah ada infrastruktur penujang, objek wisata ini dapat dikembangkan dengan sistem kerjasama dengan pemilik lahan. Dari Puncak Pato bila pandangan di arahkan ke belahan barat, maka akan terlihat hamparan perkampungan penduduk kenagarian Sungayang. Di sela-la pohon pinus tampak pula hamparan kebun tebu. Kebub-kebun tebu disekitar Puncak Pato diolah masyarakat sekitar Puncak Pato menjadi gula tebu (saka). Selain dapat menyaksikan pengolan gula tebu (saka), orang yang berkunjung ke Pucak Pato dapat pula menikmati gula aren dan menikmati air aren (niro) di Nagari Andaleh Baruh Bukik jelang menuju Puncak Pato.
Untuk sampai ke Puncak Pato dapat ditempuh melalui jalur dari Kota Batu Sangkar melalui Nagari Sungayang dengan jarak 17 Km dengan 20 menit perjanan. Jalan untuk mencapai Puncak Pato cukup baik dan besar. Dalam perjalanan menuju Puncak Pato, sepanjang jalan kita akan menyaksikan hijau/kuning persawahan yang membentang dan perkampungan penduduk, dan kesejukan udara akan terasa ketika menempuh jalan menanjak menjelang sampai di Puncak Pato.
Puncak Pato yang sekarang dikenal sebagai objke wisata panoramo alam, pada masa dulunya menjadi tempat yang bersejarah, dimana di Pucak Pato ini terjadi apa yang dineal oleh masyarakat Minangkabau dengan Sumpah Sati Bukik Marapalam. Dalam konteks keberadaan Puncak Pato dengan peristiwa sejarah itu, maka di Puncak Pato terdapat beberapa monumen sebagai tanda pengingat peristiwa bersejarah masyarakar Minangkabau.